Sabtu, 24 Mei 2014

karma

komponis ismail marzuki beruntung tidak pernah mengenyam sekolah musik karena semua karyanya tertumpah dari dalam hatinya. -jaya suprana-

***
tercatat, jaya suprana mengatakan itu dalam peluncuran buku tentang ismail marzuki yang ditulis wartawan senior kompas, ninok leksono. peristiwa peluncuran itu dimuat di harian kompas lengkap dengan foto ninok leksono.

jika teman-teman membayangkan ninok leksono sebagai sosok yang sudah tidak muda lagi, teman-teman tidak salah. namanya juga wartawan udah senior. namun jika teman-teman membayangkan ninok leksono datang dengan mengenakan gaun atau blazer, saya sarankan segera membuka harian kompas edisi beberapa hari kemarin itu.

bukan apa-apa, tentu tidak sopan membayangkan seorang terhormat seperti beliau yang merupakan seorang wartawan senior mengenakan gaun, sementara beliau sendiri berkumis dan bercambang. cukup lebat pula.

tepat sekali, ninok leksono adalah seorang pria.

***
tapi bila beberapa bulan atau beberapa minggu terakhir ini teman-teman rajin membaca berita sepakbola khususnya mengenai pertandingan-pertandingan yang dijalani atletico madrid dan menemukan miranda dan gabi sebagai dua dari sebelas pemain utama mereka, tentu teman-teman tidak akan membayangkan miranda dan gabi ini sebagai dua sosok yang cantik.

termasuk saya. saya juga tidak membayangkan miranda dan gabi sebagai dua sosok wanita cantik. bahkan saya pun tidak membayangkan keduanya sebagai sosok wanita. jelas saja. walaupun baru pekan kemarin saya melihat secara langsung keduanya di layar televisi. ketika atletico bertemu dengan barcelona di pertandingan terakhir yang bisa dianggap sebagai final liga spanyol.

dianggap final karena pertandingan itu menentukan siapa yang akan menjadi juara. apakah barcelona ataukah atletico. barcelona akan menjadi juara bila menang, sementara atletico akan menjadi juara bila menang atau seri. hasil akhirnya, kita semua tahu atletico berhasil menahan seri barcelona 1-1 pada pertandingan tersebut dan menjadi juara liga spanyol.

terus terang, pengalaman pertama menyaksikan secara langsung permainan atletico di televisi itu benar-benar memukau saya. itu menjadi ajang unjuk kebolehan diego simeone meracik strategi dan kedisiplinan para pemain atletico menerapkannya. bagaimana mereka dapat bertahan dengan sangat baik, menutup ruang dengan sangat baik, dan memancing para pemain barcelona menggunakan umpan-umpan silang yang justru memang merupakan makanan empuk bagi duet bek tengah atletico, miranda dan diego godin.

bagaimana pula kecerdasan diego simeone melakukan pergantian pemain akibat musibah cederanya diego costa dan arda turan sebelum pertengahan babak pertama sehingga permainan mereka tetap stabil. dan bagaimana pula diego simeone tertangkap kamera televisi memberi isyarat memutar kedua tangannya pada pertengahan babak kedua sehingga atletico yang sebelumnya bertahan total berubah drastis menjadi menyerang total.

yang luar biasa, saat menyerang total, pada sebuah sisi, tampak pemain atletico berjumlah lebih banyak daripada pemain lawan. tidak bisa tidak, sepertinya strategi ini mengulang apa yang mereka lakukan ketika melawan chelsea dengan menugaskan pemain sayap kanan ikut membantu ke sayap kiri ketika menyerang. walhasil ada satu pemain yang lebih banyak di kubu atletico ketika menyerang.

itu pandangan saya sebagai penonton awam. untuk pandangan dari pengamat profesional, saya suka membaca about the game di detik, terutama tulisan-tulisan pandit football.

***
sebenarnya, atletico bisa saja memastikan gelar juara lebih awal seandainya tidak tersandung di beberapa pertandingan terakhir liga spanyol. di mana mereka yang di atas kertas seharusnya bisa menang, justru kalah atau seri.

memang, menjelang akhir kompetisi, secara mental tekanan menjadi lebih berat. akibatnya ya itu tadi, hitungan di atas kertas seharusnya bisa menang, tapi mereka justru kalah atau seri. namun beruntung, meskipun sempat sedikit terpeleset, atletico masih mampu mempertahankan posisi pertama di klasemen.

beda dengan liverpool di inggris. mereka yang memimpin cukup lama di klasemen mengalami beberapa keterpelesetan di beberapa pertandingan terakhir dan akhirnya harus puas hanya menjadi runner up liga inggris tahun ini. dua di antara keterpelesetan itu adalah kekalahan 0-2 dari chelsea dan hasil imbang 3-3 dengan crystal palace.

kekalahan dari chelsea membuat liverpool kehilangan kendali atas perburuan gelar juara liga. nilai maksimal yang akan mereka raih menjadi sama dengan nilai maksimal yang akan diraih manchester city. malang bagi liverpool, bila itu terjadi, manchester city-lah yang akan menjadi juara karena lebih produktif mencetak gol.

walhasil, kemenangan dengan selisih gol sangat besar menjadi incaran mereka. termasuk ketika melawan crystal palace. sampai babak pertama berakhir, skenario ini tampaknya berjalan dengan mulus. tercatat mereka sudah unggul 3-0. jika mereka mampu menyamai pencapaian pada babak pertama berarti mereka akan menang 6-0.

namun, alih-alih kembali menjebol gawang crystal palace, justru gawang mereka yang kebobolan. kebobolan lagi, dan kebobolan lagi. jadilah hasil 3-0 di babak pertama berubah menjadi 3-3 di babak kedua. para pemain liverpool keluar lapangan dengan lesu.

sama atau mungkin mendekati kadar lesunya para pemain ac milan ketika keluar dari stadion di istanbul pada final liga champpion 2005 ketika mereka kalah adu penalti dari liverpool setelah dalam waktu normal dan perpanjangan waktu bermain sama kuat 3-3. padahal pada akhir babak pertama kemenangan 3-0 sudah berhasil diraih ac milan.

***
jadi...?
tidak ada kesimpulan.
namun seandainya pertandingan liverpool melawan crystal palace dilanjutkan dengan adu penalti, saya menjagokan crystal palace memenangi adu penalti tersebut.