Rabu, 23 Februari 2011

imam yang tak kunjung datang

adakah yang ingin mengetahui di mana tempat tinggal saya sekarang?


*krik....krik....

tidak ada....??
baiklah, you know me so well. tidak ada yang ingin tahu pun tetap saja akan saya  beritahukan. jadi semenjak menikah beberapa waktu kemarin, saya telah berpindah dari tempat kos saya yang legendaris di kawasan pondok jaya, ke sebuah kontrakan di jalan bonjol. jalan bonjol itu jalan keluar mobil-mobil dari pjmi yang akan menuju ke arah sektor satu.

belum terlalu lama saya di sana, sehingga belum juga terlalu mengenal dengan sangat baik lingkungannya. setahu saya, ada sebuah musholla yang paling dekat  dengan tempat tinggal saya itu. sebuah musholla kecil. karena kecil, jamaahnya pun tidak terlalu banyak. setahu saya, hanya sholat maghrib dan sholat shubuh yang rutin ada jamaahnya. sholat isya berjamaah hampir rutin, namun pernah juga tidak terlaksana.

seperti hari itu, ketika saya berangkat ke musholla itu pada waktu sholat isya. sampai di musholla, musholla masih kosong. duduk manislah saya menunggu imamnya. satu menit, dua menit, tiga menit, lima menit, sepuluh menit.... masih belum juga datang imamnya. saya menyerah, saya pun akhirnya sholat munfarid.

***
udah, sementara gitu dulu ceritanya.
biar ga kependekan disambung ama cerita orang-orang yang juga nunggu imam deh. lebih tepatnya, akhwat-akhwat yang nunggu imam.

para pembaca:
"wuiiiih.....jadi ternyata ke sana maksud tulisan ini."
hehehe...
begitulah.

sebenarnya hanya ingin menyemangati sih. kalo emang si imam belum dateng-dateng, ya ga usah jadi beban pikiran. maksudnya, janganlah kebelumdatangan imam itu yang menjadi beban pikiran. yang seharusnya jadi pemikiran itu bagaimana usaha dan doa yang telah kita lakukan. telah, sedang dan akan kita lakukan. kalo emang itu udah optimal, masalah hasil udah bukan urusan kita lagi. kewajiban kita sebagai manusia kan hanya berusaha, dan kita tidak pernah diberi kewajiban untuk berhasil.

dasar utama menyemangati tentu saja janji allah bahwa "man jadda wa jada," siapa yang bersungguh-sungguh, pasti dapat. dasar yang lain adalah bukti statistik. jika anda akhwat dan target anda adalah ikhwan indonesia berusia antara 23-27 tahun yang ganteng, saya akan berbaik hati menghitungkan berapa potensi pasar anda.

ada sekitar 240 juta warga indonesia. sekitar 85% beragama islam, itu artinya ada 204 juta jiwa. hasil sensus 2010 menyatakan jumlah laki-laki lebih banyak daripada perempuan. artinya lebih dari 102 juta jiwa adalah laki-laki.  oke, kita konservatif aja, kita ambil aja angka 102 juta jiwa.

jumlah yang ikhwan katakanlah sekitar 10 persen lah. 10 persen dari 102 juta jiwa kita dapat angka 10,2 juta jiwa. kemudian, karena target kita berada pada range usia 23-27 tahun, atau berada dalam range 5 tahun, maka kita dapat angka pengali 1/13 untuk mengeluarkan usia-usia yang lain. angka 1/13 ini kita dapat dari perkiraan usia hidup orang-orang kita sekitar 65 tahun. dengan asumsi jumlah penduduk untuk masing-masing usia adalah sama, maka range 5 tahun dari total range yang 65 tahun itu adalah 1/13. dari sini kita dapatkan angka 1/13 dari 10,2 juta jiwa sama dengan 780 ribu jiwa.

jika kemudian kita asumsikan populasi pria ganteng adalah 10% dari jumlah pria seluruhnya, maka kita akan mendapatkan jumlah 78 ribu orang laki-laki yang memenuhi kriteria anda untuk menjadi kandidat imam.
wow...banyak sekali kan?
padahal anda hanya perlu satu. jadi, tetap semangat....!!

***

oh ya, masih ada lanjutan dari cerita sholat isya yang saya tulis di awal postingan ini. jadi, ternyata, tidak lama setelah saya selesai melakukan sholat isya secara munfarid di musholla itu, eh, malah imamnya dateng. coba tadi itu saya sedikit lebih sabar nunggunya.

 

 

 

*postingan ini ditulis dengan jurus pengawuran tingkat tinggi. :p*

Minggu, 06 Februari 2011

petugas upacara

seingat saya, tidak pernah ada audisi untuk menjadi petugas upacara bagian pembaca pembukaan uud 45. tapi, seingat saya lagi, sering sekali waktu jaman smp dulu saya jadi petugas pembaca pembukaan uud 45 waktu upacara bendera. waktu mts tepatnya, karena dulu memang saya sekolah di mts. mts itu sekolah setingkat smp yang memberikan kurikulum lebih dalam bidang agama islam. kalo mts tempat saya sekolah dulu, kurikulum lebihnya ga terlalu banyak juga, soalnya mts-nya mts negeri.

ada 7 kelas untuk tiap tingkatnya. jadi, kelas satu ada tujuh kelas, kelas dua ada tujuh kelas, dan kelas tiga juga ada tujuh kelas. dari kelas a sampai kelas g. putra-putri dipisah kelasnya. yang putra ada di kelas a sampai c. yang putri ada di kelas d sampai g. terlihat, jumlah kelas putri lebih banyak daripada kelas yang putra, sehingga otomatis jumlah siswi pun lebih banyak daripada jumlah siswa. komposisi ini tentu saja bertentangan dengan sensus penduduk tahun 2010 yang menunjukkan bahwa jumlah pria lebih banyak daripada jumlah wanita.

saya tidak tahu bagaimana komposisi siswa-siswi di mts saya itu hari-hari ini. apakah masih seperti komposisi lama yang jumlah wanitanya lebih banyak dari jumlah prianya, atau sudah mengubah komposisinya sesuai komposisi penduduk indonesia hasil sensus 2010 yang lebih banyak pria daripada wanitanya. tapi tentunya komposisi lama yang tidak sesuai dengan komposisi sensus 2010 itu tidak bisa kita protes, karena komposisi jumlah siswa-siswi itu terjadi ketika saya masih sekolah di sana, antara tahun 95 sampai tahun 98.

hmmm….
sepertinya saya mendengar bisik-bisik yang mempertanyakan pada jaman apa saya menjalani masa-masa mts. baiklah, saya akan mempermudahnya. saya memasuki mts tahun 1995, ketika indonesia berulang tahun emas. ultah kemerdekaan ke-50. karena ultah ke-50 itu ultah emas, dan karena emas itu berwarna kuning, maka seragam olahraga kami ketika itu pun berwarna kuning. tentang seragam, ada yang unik dalam seragam sekolah kami. para siswa, memakai seragam seperti siswa smp, celana pendek, kemeja lengan pendek dan topi. sedangkan para siswi, memakai seragam seperti siswi mts swasta, rok panjang, kemeja panjang dan jilbab. agak ga matching juga kalo disandingkan.

tapi untunglah, ada program perubahan seragam ketika saya mulai kelas tiga. seragam para siswi tetap seperti itu, sedangkan celana pendek dan topi untuk para siswa, diganti dengan celana panjang dan peci. program itu diwajibkan untuk para siswa yang baru masuk, tapi tidak diwajibkan untuk para siswa kelas dua dan kelas tiga. jadilah, ketika itu ada siswa yang memakai celana panjang dan ada pula yang memakai celana pendek. tapi tidak satupun yang memakai celana yang sebelah kanannya panjang dan sebelah kirinya pendek. ya, karena kami semua masih waras.

itu terjadi waktu saya kelas tiga. medio kedua tahun 97 dan medio pertama tahun 98. mungkin kemudian ada yang mengonfirmasikan fakta-fakta itu dengan fakta bahwa pada mei 98 terjadi aksi besar-besaran menurunkan presiden soeharto. tepat sekali, saya menjalani ebtanas pada saat rame-ramenya aksi menuntut lengsernya pak harto dari jabatan presiden.

besar-besaran seperti aksi demo yang sekarang ini masih terjadi di mesir itu. besar sekali. sehingga banyak yang merasa melihat kemiripan antara aksi di mesir ini dengan apa yang terjadi di indonesia tahun 98 itu.

saya pribadi berharap, aksi di mesir ini berhasil menurunkan presiden husni mubarak. kabarnya, husni mubarak ini seorang presiden yang pro amerika dan israel. banyak aksinya selama berkuasa sejak sekitar 30 tahun lalu yang menunjukkan hal ini. padahal, mesir merupakan negara yang sangat strategis, kaitannya dengan palestina. karena mesir berbatasan langsung dengan palestina. tentu masih pada ingat dengan perbatasan rafah yang banyak diberitakan sekitar tahun kemarin itu kan?

dan kita tahu sendiri, bagaimana kejamnya penjajahan israel di palestina. padahal sebagaimana yang biasa saya baca dalam pembukaan uud 45 ketika menjadi petugas upacara dulu, penjajahan itu adalah sesuatu yang harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. harapannya, kalo husni mubarak turun dan digantikan dengan orang baik, perjuangan palestina akan lebih terbantu.