Jumat, 26 November 2010

nica

apa yang ada di benak teman-teman ketika disebutkan kata nica? apakah dua orang laki-laki berpeci yang sedang bersalaman dan diiringi kata-kata "sah"?
hmmm...kalo itu nikah ya, bukan nica.

kalo saya, ada satu kata yang bakalan langsung muncul di benak ketika disebutkan kata nica ini. membonceng. iya, membonceng. kalo ada yang masih inget pelajaran pspb jaman dulu, tentu maklum dengan hal ini.

jadi sejarahnya, sekitar satu bulan setelah proklamasi kemerdekaan indonesia, mendaratlah tentara sekutu di indonesia. tentara ini dikirim buat melucuti senjata tentara jepang dan blablabla tugas yang lain. tapi ternyata mereka juga datang, sambil membawa agenda lain yaitu untuk mengembalikan indonesia sebagai jajahan belanda. nah, tentara nica (netherland-indies civil administration) membonceng pendaratan tentara sekutu ini. jadilah belanda masuk lagi ke indonesia.

peristiwa pertempuran besar 10 november 1945 yang akhirnya diabadikan sebagai hari pahlawan juga merupakan kelanjutan dari sejarah yang tertulis pada paragraf di atas.
***
oke, kita telah menemukan kata kuncinya. membonceng. tentara nica membonceng kepada sekutu. artinya sekutunya di depan dan nica-nya ngikut di belakang.

dalam percakapan sehari-hari dengan menggunakan bahasa indonesia yang tidak sempurna, kata membonceng ini biasa diucapkan sebagai mbonceng. dan saya rasa, artinya juga akan tetap sama. kalo misalkan saya berkata, "eh, aku mbonceng ya..." tentu itu akan berarti permintaan saya untuk diboncengkan.

namun ternyata, ada juga lho yang berbeda. ketika suatu hari akan pergi berboncengan sepeda motor dengan seorang teman, kalimat senada itu juga yang saya ucapkan.
"eh, aku mbonceng ya..."

maksudnya itu biar dia yang nyetang, saya tinggal mbonceng aja. kan enak tinggal mbonceng, duduk doang, ga perlu nyetang, ga perlu mikir, tau-tau sampai aja.

dan apa yang terjadi, saya malah disodori kunci.
"nih kuncinya, mau mbonceng kan?"
"iya. tapi mbonceng kan duduk di belakang. kok dikasih kunci?"
"ya iyalah, mbonceng itu kan yang megang setang. kalo di belakang itu dibonceng."
"ooo..."
(ngalah. ngikut pendapat yang punya motor aja lah)

nah, kemudian saya menemukan kalimat yang pas untuk teman yang mengartikan mbonceng sebagai orang yang megang setang. alih-alih mengucapkan, "eh, aku mbonceng ya..." saya lebih memilih membuat sebuah tawaran untuk beliau.
"eh, kamu mbonceng atau mbencong...?"

yakin deh, beliau pasti lebih milih mbonceng. dan nyamanlah kita ga perlu nyetang.








Sabtu, 20 November 2010

undangan pernikahan (no hoax)



bismillahirrahmanirrahim,
insya allah akan menikah:

nurlinna astri widhihastuti
dgn
ali sutopo

akad nikah:
sabtu, 4 desember 2010 pukul 08.00 wib di pandeyan, ngemplak, boyolali.

walimah 1:
sabtu, 4 desember 2010 pukul 12.30 wib di gedung sriwijaya, jalan yosodipuro 75, surakarta.

walimah 2:
senin, 6 desember 2010 pukul 12.30 wib di getassrabi, gebog, kudus.







Senin, 08 November 2010

mentaati orang tua: episode pernikahan

salah satu dari amal utama, itulah mentaati orang tua. selama tidak bertentangan dengan taat kepada allah dan rasul tentunya. ya, karena taat kepada allah dan rasul kan yang paling utama. sehingga tidak ada ketaatan pada makhluk, termasuk orang tua, bila ketaatan terhadap makhluk itu menyebabkan kita menjadi tidak taat terhadap khaliq.

mungkin kemudian ada pembaca yang kritis dan kemudian mengaitkan paragraf pertama postingan ini dengan kasus mbah maridjan yang tidak mau turun dari merapi dengan alasan taat pada sri sultan hamengku buwono ix (baca: taat pada pemimpin). hmmm... saya rasa tidak lari dari gunung meletus adalah tindakan bunuh diri. dan karena sudah telanjur menulis paragraf pertama itu, saya musti konsisten dan menyatakan seharusnya mbah maridjan turun gunung dan mengabaikan ketaatan pada sultan dan lebih mengutamakan ketaatan pada allah yang melarang tindakan bunuh diri.

baiklah, mari kita kembali pada ketaatan pada orang tua. ketaatan yang ini musti kita lakukan dalam segala hal. kita termasuk saya, dan segala hal termasuk pernikahan. hush...jangan histeris dulu. bukan pernikahan saya kok. tapi pernikahan teman saya. salah satu teman baik saya. sekitar bulan juni atau juli kemarin.

jadi ceritanya teman baik ini sama-sama orang kudus kayak saya. kebetulan dapat orang ponorogo. lumayan jauh juga. sekitar 8 jam bermobil dari kudus. waktu itu saya menyusup ke dalam rombongan pengantin dan keluarganya ke sana. dan bisa ditebak kami perlu nginep di sana. saya suka perjalanan tapi saya tidak terlalu suka menginap. salah satunya karena otomatis hal itu mengharuskan saya untuk mandi di perjalanan atau mungkin di tempat nginepnya itu. dan jadinya haruslah saya membawa handuk.

membawa handuk itu sesuatu yang merepotkan. karena secara default, handuk orang dewasa akan memakan banyak tempat di tas. tapi kalo tidak dibawa, gimana mandinya nanti. inilah yang membuat saya agak malas melakukan perjalanan yang agak cukup panjang, termasuk ketika akan membersamai perjalanan teman saya menjemput bidadarinya itu.

orang tua saya kemudian menyadari kegundahan saya itu. beliau pun kemudian mengajukan sebuah usul yang amat cerdas, "bawa handuknya zaki aja. yang warna coklat muda itu."  zaki itu keponakan saya yang akan berulang tahun yang kedua sabtu besok. dan terang saja, handuknya pun tidak terlalu makan tempat di dalam tas. hohoho...kenapa ide cerdas ini tidak terpikir oleh saya.

jadilah, dalam episode pernikahan teman saya itupun saya mentaati orang tua. ketaatan yang berbuah manis. handuknya benar-benar tidak makan tempat di tas. bahkan masih ada bonusnya. handuknya pake gambar-gambar gajah yang lucu. wkwkwk....









Kamis, 04 November 2010

kemiringan melintang

saya rasa, kegiatan membaca biografi adalah kegiatan yang sangat bermanfaat. biografi orang-orang sukses boleh, orang-orang tidak sukses juga boleh. orang-orang baik boleh, orang-orang jahat pun boleh-boleh saja. semuanya akan sangat bermanfaat. ya, kan katanya pengalaman adalah guru yang terbaik. dan kalo bisa sih, belajarnya dari pengalaman orang lain saja.

tentang perjuangan orang-orang sukses, mereka-mereka yang pernah menjadi nomor satu di bidangnya, mereka yang pernah mencapai puncak karirnya, ada satu kesamaan. mereka memulainya dari bawah. memulai karir dari bawah, berjuang, dan akhirnya mencapai puncak. begitulah.

tapi ternyata, ada juga anomalinya. ini saya temukan ketika melewati jalan bintaro utama 5 di depan kampus stan. ternyata ada juga karir yang tidak dimulai dari bawah. benar-benar ada karir yang dimulai dari atas. karir sebagai tukang gali. hehehe
entah itu tukang gali sumur, tukang gali kuburan, atau tukang gali jalan seperti yang sekarang sedang berlangsung di jalan bintaro utama itu.

akibatnya, bisa ditebak. jalan menyempit, debu kemana-mana. bahkan ada beberapa pengguna jalan yang memakai masker seperti yang dipakai para pengungsi merapi. (btw, udah pada nyumbang korban merapi kan?)

itu ketidaknyamanan di jalanan di depan kampus stan hari-hari ini. di jalanan di sisi belakang kampus stan pun keadaan tidak lebih nyaman. sedang ada pengecoran jalan untuk menggantikan aspal yang sudah rusak parah. pengecorannya satu sisi-satu sisi. sisi kiri dulu dicor, sisi kanan difungsikan seperti biasa. akibatnya, macet juga. jalanannya pake sistem buka tutup.

memang hari-hari ini macet, tapi semoga hasilnya awet. tidak seperti jalan aspal yang tiap musim hujan selalu rusak. mengenai rusaknya jalan tiap musim hujan ini, ada teori kemiringan melintang yang diungkapkan seorang ahli konstruksi. menurut beliau salah satu penyebab rusaknya jalan adalah tidak adanya kemiringan melintang pada konstruksi jalanan kita. kemiringan melintang ini bisa dijelaskan sebagai berikut; jika kita melakukan irisan pada sebuah jalan, kemudian tampak sisi kiri jalan, kanan jalan dan tengah jalan, maka seharusnya ketiganya tidak lurus, tapi miring, dengan sisi tengah jalan sebagai titik tertinggi, dan sisi kiri dan kanan sebagai titik terendah.

tujuannya agar ketika hujan, air dapat mengalir ke sisi kiri dan kanan jalan. dengan asumsi ada selokan air di sisi kiri dan kanan jalan, air kemudian tidak akan menggenangi jalan. air yang menggenangi jalan beraspal akan merusak aspal itu dengan cara meresap ke dalamnya. sesuai dengan salah satu sifat air yang mampu meresap melalui celah-celah kecil.

***
jadi ya gitu deh, sedang tidak nyaman jalan-jalan di seputaran kampus stan hari-hari ini. eh tunggu-tunggu, kampus stan kampusnya gayus itu maksudnya? yups, tepat sekali. dan omong-omong tentang gayus, kemarin lusa saya dapat ide aneh ketika sedang berada di tempat tukang fotokopi di dekat kampus stan.

saya: "wah pak, berarti bisa jadi gayus dulu pernah fotokopi di sini ya?"
bapak: "iya mas. malah dulu skripsinya di sini."
s: "oalah, kok masih inget pak?"
b: "iya, suaranya itu lho khas banget."
s: "dulu gimana, udah mewah gitu gayanya?"
b: "nggak kok, biasa aja."









Rabu, 03 November 2010

Senin, 01 November 2010

skripsi alay

hmmm...
lama ga nulis rasanya. semoga saja aliran-aliran tulisan yang seperti biasanya masih bisa tetep muncul. ga tau lah. kita lihat saja bagaimana akhirnya nanti tulisan ini. yang pasti sekarang saya sedang pingin nulis. dan saya nulis saja.

seperti nasihat dosen metodologi penelitian di semester 8 yang dulu. waktu itu kita dapat tugas mbuat mini skripsi. waktunya sekitar setengah semester. cukup lama sebenarnya. tapi ya itulah, seperti biasa, bakalan dua minggu terakhir aja sibuknya. pas awal-awal males-malesan. nasihat pak dosen, tulis saja apa yang kepikir. rapi ga rapi, biarin. nyambung ga nyambung, biarin. ntar bisa dirapi-rapiin belakangan. pokoknya yang penting nulis aja dulu.

tapi yang itu nasihatnya buat nulis serius ya. kayak bahasa-bahasa skripsi gitu itu. bukan nulis ketawa-ketiwi kayak di sini. karena emang bahasa skripsi kan ya formal-formal kaku kayak gitu.

well, sedang merenungkan kenapa bahasa skripsi musti kayak gitu.
kenapa ga dibuat gaya penyampaian yang terserah penyusun skripsinya aja gitu. isi tetep ilmiah, tapi cara penyampaian ga musti harus berformal-formal ria kayak gitu. sebagai contoh, kalo ada yang tahu al barzanji yang biasa dibaca yang kalo didenger-denger mirip syair itu kan sebenarnya sejarah yang disajikan dalam bentuk syair. jadi mengapa tidak skripsi disajikan dengan cara yang berbeda?

mungkin yang suka nulis puisi bisa menyusun skripsinya dalam bentuk puisi. yang suka pantun menyusun dalam bentuk pantun. yang suka nggambar menyusun skripsinya dalam bentuk komik. dan macam-macam model lainnya.

::sehingga saya membayangkan suatu hari nanti akan membaca sebuah skripsi yang ditulis dengan gaya penulisan aL4Y::