Rabu, 14 Mei 2014

end of the road: pintu tol ciledug

beberapa pekan kemarin, untuk pertama kalinya saya berkesempatan melalui jalan tol baru di ruas ciledug-meruya. pintu tolnya cukup dekat dari rumah, walaupun tentunya keberadaannya tidak terlalu signifikan berpengaruh karena mobil bukan kendaraan sehari-hari saya.

tentu saja, daripada mengatakan belum mampu membelinya, saya akan lebih suka mengatakan bahwa saya lebih menyukai perjalanan dengan sepeda motor. naik motor itu enak lho. kalo hujan ga kepanasan, kalo panas ga kehujanan.

***
pintu tol ciledug ini adanya pas di jalan ciledug raya, setelah pertigaan yang ke arah jalan swadarma kalo dari arah kebayoran. pertigaan ini letaknya sekitar 1 atau 1/2 km setelah itc cipulir. sehingga pintu tol ciledug ini paling jauh juga hanya 2 km dari itc cipulir.

dengan taksi saya melewati jalan tol itu. kebetulan sopir taksinya doyan ngobrol. ya sudahlah, saya ngobrol saja. ngobrol ini ngobrol itu, ngobrol sini ngobrol situ, sampai akhirnya menyinggung tema bahan bakar taksi yang dikemudikannya.

merk taksinya tidak terlalu saya ingat, yang pasti masih keluarganya blue bird. perihal bahan bakar yang saya tanyakan sederhana saja. saya hanya ingin tahu apakah taksi yang beliau kemudikan menggunakan bahan bakar bersubsidi atau tidak.

sesuai dugaan saya, taksi beliau memang memakai bahan bakar bersubsidi. well, naluri kebapakan saya tersentuh. saya trenyuh. sebagai pegawai pajak, saya mengidentikkan diri dengan seorang bapak. pegawai pajak mencari uang bagi negara, sama seperti seorang bapak mencari uang bagi keluarga.

jadi sebagai seorang bapak, saya trenyuh menyaksikan uang yang sudah susah-susah saya kumpulkan dibelanjakan dengan serampangan sebagai subsidi bbm bagi pengusaha taksi, blue bird lagi.

bayangkan saja, seandainya satu unit taksi itu mengkonsumsi 20 liter bensin sehari, dengan katakanlah subsidi sebesar 4000/liter, maka dalam sehari satu unit taksi itu sudah makan subsidi 80.000. bayangkan bila ternyata blue bird mempunyai 20.000 unit taksi, bisa dihitung jumlah subsidi yang dimakan blue bird adalah sebesar 80.000 x 20.000 = 1.600.000.000 atau 1,6 miliar rupiah.

ironisnya lagi, subsidi sebesar itu justru menyumbang kemacetan yang lebih parah bagi jalanan jakarta. seandainya angka itu dialokasikan untuk memperkuat transportasi massal, naluri kebapakan saya akan kembali tersentuh. tersentuh dengan rasa bangga, bahwa uang yang selama ini susah payah saya kumpulkan ternyata ada manfaatnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar