Minggu, 24 April 2016

jangan ditanya ke mana kita pergi

sekarang hari ahad, tanggal 24 april 2016. sudah sepekan sejak muncul niatan untuk menuliskan apa yang sekarang ini saya tulis. niatan yang muncul saat sedang mengikuti seminar keluarga bersama pak cahyadi takariawan. sayang, hari-hari yang lalu saya tak sempat menuliskannya.

tak sempat, frase yang kata pak cahyadi, identik sekali dengan pria.

mau contoh, baiklah. simak puisi di bawah ini.
"aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada"

bila kita sudah sepakat dengan pak cahyadi bahwa tak sempat identik sekali dengan pria, sangat mudah kita tebak bahwa "aku" dalam puisi itu adalah seorang pria. dia tak sempat. dalam hal ini tak sempat memverbalkan.

ada yang lain?
ada dong. kali ini dari sunny. bukan sunny tanuwidjaja tentunya. ini sunny yang ada di lagunya bunga citra lestari. lagu ini jadi soundtrack sebuah film. dan sunny sendiri adalah nama tokoh pria dalam film tersebut.
"sunny, sunny...
jantungku berdebar tiap ku ingat padamu
sunny, sunny...
mengapa ada yang kurang, saat kau tak ada
sunny, sunny...
melihatmu, menyentuhmu itu yang kumau
kau tak sempat tanyakan aku
cintakah aku padamu"
sunny tak sempat menanyakan. satu lagi pria yang tak sempat. lagi-lagi tak sempat memverbalkan.

***
kembali ke pak cahyadi, satu pengalaman beliau makin menguatkan teori pria-pria yang tak sempat ini. dalam salah satu kesempatan mengisi seminar di sebuah kota di luar jawa, terjadi sebuah musibah. sehari sebelum pelaksanaan acara, istri salah seorang panitia meninggal dunia. alhasil, pak cahyadi menyempatkan untuk bertakziah. sayang, beliau sedikit terlambat. jenazah almarhumah telah selesai dishalatkan. beliau tiba sesaat setelahnya.

saat beliau tiba, sang suami sedang berbicara di depan, mewakili pihak keluarga menyampaikan sambutan. ada yang berbeda, selain menyampaikan terima kasih kepada para pentakziah dan hal-hal yang biasa disampaikan perwakilan keluarga dalam acara seperti itu, sang suami ini juga menyampaikan bahwa seandainya ada kesempatan kedua, walaupun sebentar saja, ia ingin sekali menyatakan kepada istrinya betapa ia mencintainya. kata-kata cinta yang tak sempat terucapkan ketika istrinya masih ada. lagi, satu orang pria yang tak sempat. tak sempat memverbalkan pula.

***
satu contoh lagi, lagi-lagi dari pak cahyadi. yang ini tidak jauh-jauh. sangat mungkin yang ini adanya di rumah-rumah kita. seorang suami sedang ingin berlaku romantis kepada istrinya. dia ingin mengajak istrinya jalan-jalan, berdua saja. karena tujuannya adalah jalan-jalannya, tempat yang dituju menjadi tidak relevan sehingga pasti tidak jelas ke mana tujuannya.

sayang, dia tak sempat memverbalkan romantismenya itu. sehingga ketika dia mengajak istrinya untuk jalan-jalan, istri yang sedang tidak peka akan bertanya ke mana mereka pergi jalan-jalan. suami kebingungan ke mana tujuan mereka jalan-jalan. istri yang merasa suaminya mau buang-buang waktu saja, jadi menolak jalan-jalan. suami yang merasa niat baiknya ditolak, jadi merasa diabaikan. rencana romantisme pun bisa gagal total. dan bahkan malah bisa berujung saling berantem.

kesimpulannya, lagi-lagi dari pak cahyadi, carilah titik tengah.
para suami dan para istri hendaknya menyadari ketidaksempatan seorang pria, dalam hal ini ketidaksempatan memverbalkan.
titik tengahnya: untuk para suami agar menyempatkan memverbalkan, untuk para istri agar peka dan tidak perlu menunggu suami menyempatkan memverbalkan.