Kamis, 14 Oktober 2010

one step closer

kalo ada yang sempat membaca tulisan-tulisan saya sebelum ini dan kemudian menemukan kebijaksanaan-kebijaksanaan di dalamnya dan kemudian dari kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ada itu kemudian menyimpulkan bahwa penulisnya adalah seseorang yang bijaksana dan sudah bergelar sarjana, maka ada bagian yang perlu saya koreksi. memang saya akui, tulisan-tulisan saya biasanya mengandung kebijaksanaan-kebijaksanaan dan nilai-nilai luhur. hoeks...

tapi sampai saat ini penulisnya, alias saya, sama sekali belum bergelar sarjana. sedang dalam proses menuju ke sana. dan alhamdulillah, kemarin sudah menjalani peran sebagai terdakwa dalam sidang skripsi dan divonis lulus. alhamdulillah..... dosen pengujinya baik-baik. alhamdulillah. sidangnya juga termasuk cepet. ga sampai satu jam. alhamdulillah banget pokoknya lah.

selain nanya materi skripsi, dosen penguji juga punya hak buat nanya satu pertanyaan terkait isu terkini. apa aja. bisa politik, ekonomi, bahkan kemarin pas sidang saya malah ditanyain tentang kerusuhan-kerusuhan yang belakangan makin marak itu.

karena itulah, sebelum sidang, dalam rangka menyiapkan diri untuk pertanyaan isu terkini itu, terpaksa saya lihat-lihat berita. di internet yang sering. salah satunya tentang kasus penarikan indomie di taiwan. kabarnya sih, karena mengandung zat pengawet yang tidak memenuhi standar di sana. saya tidak menemukan bantahan dari indomie. yang ketemu justru semacam pembelaan diri yang menyalahkan adanya indomie yang masuk secara ilegal ke taiwan. menyalahkan penyelundupnya maksudnya.

sehingga saya nangkepnya kok malah jadi gini ya: bahwa indomie yang beredar di luar taiwan itu emang beda standar ama yang di taiwan. indomie yang beredar di taiwan harus memenuhi standar yang lebih tinggi daripada jika beredar di luar taiwan.

semoga aja standar taiwan emang terlalu tinggi dan standar non taiwan adalah standar normal. bukannya standar taiwan yang normal dan standar non taiwan yang terlalu rendah.

***
kalo mie sedap?
ga tau deh. tapi yang jelas kalimat iklan mie sedap itu benar adanya. mie sedap menyatakan bahwa "soal rasa, lidah tak pernah bohong." dan ternyata memang begitu. buktinya, mantan teman satu kos-an saya di ponjay yang baru pindah kos ke kalimongso masih sering pergi beli nasi uduk ama gorengan di ponjay. bayangkan, kalimongsonya daerah gang setia lho. itu kalo yang jalan kaki orang normal, bisa sekitar 20 menit.

bener kan? kalo soal rasa, lidah ga pernah bohong.
dibela-belain hampir dua puluh menit jalan kaki hanya untuk gorengan dan nasi uduk.







20 komentar:

  1. ujung2nya ttp saja gak nyambung...
    *aliran aliisme*
    btw,, selamat ya masali ^^b

    BalasHapus
  2. Wah..jadi sudah mulai mendekati ke arah kebijaksanaan ya mas
    Selamat deh buat Mas Ali yang sudah semakin bijak :-)

    BalasHapus
  3. Saya gak tahu, pak. Nanya lidah gak dijawab2...

    BalasHapus
  4. Selamat ya li... wah habis ini giliranku.. hehehehe

    BalasHapus
  5. hihi...semakin bijak, semakin jadi orang pajak.

    BalasHapus
  6. ke pelaminan. ups... ke gelar sarjana ding.

    BalasHapus
  7. mungkin kau perlu memakai bahasa yang dimengerti lidah te...

    BalasHapus
  8. makasih...makasih...
    ayo muse, semangat..!!
    btw aku padahal masih ujian kompre yang tertulis lho. mohon doanya ya....

    BalasHapus
  9. baru baca he....
    la wong ra ngabar2i wingi meh sidang si

    BalasHapus
  10. biarin ah. ngabarinnya pas udah lulus ini aja.

    BalasHapus