Minggu, 21 April 2013

aku berwacana maka aku ada

sekarang hari ahad, 21 april 2013, dan sudah cukup larut. sekitar satu jam yang lalu manchester city baru saja resmi dikalahkan tottenham hotspurs 3-1. cukup tragis bagi city. mengingat mereka sebelumnya memimpin terlebih dahulu sampai menit ke-75.

segelas kopi buatan istri baru saja saya habiskan. segelas kecil tentunya. karena saya percaya dengan mitos bahwa jatah minum kopi yang paling baik adalah satu atau dua gelas saja setiap harinya. satu atau dua gelas kopi yang hitam seperti malam, panas seperti api, dan manis seperti jari yang biasa saya pake di mesin fingerprint.

baiklah, seperti tahun-tahun sebelumnya, tanggal 21 april diperingati sebagai hari kartini. dan entah mengapa, baru di peringatan hari kartini tahun ini saya membaca opini-opini berbeda mengenai kartini. sebagai anak muda yang masih mudah terpengaruh, tentunya sedikit banyak opini-opini itu turut mempengaruhi saya.

opini apa saja itu?
agak terlalu banyak juga sih yang beropini. cukup gaduh saya rasa. tapi yang bisa saya tangkap, dengan segala keterbatasan yang saya miliki, adalah opini bahwa gelar pahlawan yang diterima kartini agak terlalu berlebihan. ada beberapa penyebab.

yang pertama adalah opini bahwa perjuangan beliau lebih hanya melalui wacana melalui surat-suratnya. surat-suratnya dengan j.h. abendanon yang kemudian dikumpulkan dalam buku habis gelap terbitlah terang. perjuangan beliau belum terbukti secara nyata melalui aksi di lapangan. apakah cukup eksistensi kita hanya dinilai dari apa yang kita wacanakan?

yang kedua adalah fakta bahwa kartini cukup dekat dengan belanda. saya tidak terlalu tahu banyak sejarahnya, tapi kalau tidak salah teman surat-suratannya itu orang belanda. padahal kan biasanya kalau pahlawan itu musuhnya belanda.

yang ketiga adalah fakta bahwa ada pejuang-pejuang wanita yang perjuangannya lebih hebat dari kartini namun tidak digelari pahlawan nasional. pejuang-pejuang yang memang sudah benar-benar berjuang melalui aksi. tidak hanya melalui niat atau wacana. logikanya, ketika orang-orang seperti ini tidak diberi gelar sebagai pahlawan, apatah lagi kartini.

saya sama sekali bukan ahli di bidang apapun, apalagi ahli di bidang sejarah. saya bukan ahli, saya ali. :p
saya sama sekali tidak memiliki maksud apa-apa menulis ini, selain untuk mendorong kita membuka mata, hati dan telinga, dan mendengar opini lain dan kemudian mencoba menganalisanya secara objektif.

pun saya sama sekali tidak benci kartini. sebagai warga kudus, saya justru bangga ada pahlawan berasal dari jepara, daerah tetangga saya. bahkan sampai hari inipun, plat motor saya juga masih plat motor jepara kok. dan tambahan satu lagi, salah satu bulik saya namanya juga kartinah. ga jauh-jauh dari kartini. hehe

kesimpulannya: selamat hari kartinah, eh, kartini.
:p





Tidak ada komentar:

Posting Komentar