Senin, 02 Mei 2011

aku belanja maka aku ada

alhamdulillah, sudah hari senin lagi. hari senin dan tanggal muda. senangnya. hari ini memang tanggal muda, tanggal 2 mei tepatnya. hari pendidikan nasional. diambil dari tanggal kelahiran tokoh pendidikan indonesia, ki hajar dewantara, yang dilahirkan 2 mei 112 tahun silam. seolah tak mau kalah dengan tanggal 2 mei, tanggal 1 mei kemarin juga dirayakan dengan memperingati sesuatu. bahkan dua peringatan sekaligus. hari buruh internasional dan hari tertawa internasional.

sisi menyenangkan tanggal muda seperti ini, tentu saja gajian. setelah sebulan bekerja, di tanggal muda seperti inilah gaji dibayarkan. setelah bekerja berlelah-lelah, pergi pagi pulang sore, peras keringat banting tulang. berlebihan sih, terutama di bagian peras keringat banting tulangnya. ya iyalah, yang ada justru berdingin-dingin di ruang kerja. jangan lupa, niatkan bekerja sebagai ibadah, agar ada nilai lebih dari kepayahan kita bekerja. masih pada ingat tulisan tentang menjemput rizki yang ini kan?

omong-omong tentang kepayahan dalam bekerja, tercatat dalam satu pekan kemarin, sudah dua kali saya kehujanan ketika pulang kantor. bukan hujan deras sih, tapi cukup mengganggu juga mengingat sepatu kerja saya ikut kehujanan juga. jadi agak kurang nyaman dipakainya. memakai sandal mungkin menjadi salah satu alternatif solusi. tapi rasa-rasanya, memakai sepatu boot akan menjadi alternatif yang lebih solutif.

yups, itu tren belakangan ini. sudah cukup banyak yang mempraktekkannya. lebih nyaman dan aman. beda dengan sandal yang agak minus di sisi keamanannya. harganya? kurang tau juga. saya belum beli. tapi yang pasti tidak akan semahal sepatu-sepatu boot mewah yang beberapa waktu kemarin sempat muncul di berita. weleh-weleh, sampe 90 jutaan hanya untuk sepasang sepatu boot.

angka yang fantastis untuk ukuran saya. tapi mungkin biasa saja untuk ukuran orang-orang itu. karena memang standar tiap orang beda. sama dengan harga tiket konser justin bieber yang fantastis untuk ukuran saya, tapi mungkin biasa saja untuk ukuran orang-orang yang membelinya. atau mungkin nilai pembangunan gedung dpr yang fantastis untuk ukuran saya, tapi mungkin biasa saja untuk ukuran orang-orang yang duduk sebagai anggotanya.

di sini titik tujunya. adanya perbedaan tentang apa yang dianggap biasa antara saya dengan orang-orang itu. celakanya, saya terlalu sering memandang orang-orang dengan standar lebih tinggi. sehingga saya terbiasa menyalahkan mereka. menyalahkan pandangan hidup mereka yang menemukan eksistensi dengan belanja. menyalahkan kebiasaan belanja bermewah-mewah mereka yang berakibat bertambahnya mall-mall di jakarta. menyalahkan kebiasaan belanja mereka yang berakibat dibangunnya gandaria city yang memacetkan jalan pulang saya dari kantor. mempertanyakan letak empati mereka pada manusia-manusia lain yang serba kekurangan, yang diwakili orang-orang yang biasa muncul di "andai aku menjadi." bahkan sampai saya mempersalahkan pilihan kartu ponsel mereka yang bukannya memakai empati tapi malah lebih memilih indosat atau xl yang berakibat kurangnya empati mereka pada orang-orang lain.

saya rasa di titik ini saya perlu berhenti sejenak, merenung dan mulai menyadarkan diri tentang adanya orang-orang dengan standar yang lebih rendah dari saya. kemudian dari situ mulai melakukan tuntutan-tuntutan yang biasa saya tuntutkan kepada orang-orang yang punya standar lebih tinggi dari saya. berempati. berempati lebih ekonomis daripada menyumbang. walaupun menyumbang lebih baik. maksud saya begini, bila kita mampu beli makan malam seharga seratus ribu, belilah yang seharga sepuluh ribu. sisa sembilan puluh ribunya disumbangkan ke orang-orang tidak mampu. itu bagus, tapi untuk tahap awal, cukuplah nasihatnya seperti ini. bila mampu beli makan malam seharga seratus ribu, belilah yang seharga sepuluh ribu. sebagai bentuk empati untuk orang-orang yang tidak mampu membeli makan malam seharga seratus ribu itu.


dan saya rasa, tidak hanya dalam urusan belanja ini saja kita perlu berempati. dalam banyak hal lain pun perlu kita berempati. misalnya berempati terhadap teman yang belum nikah dengan cara tidak mengajukan pertanyaan bodoh di depannya. (to anas: piss ^___^ \  /)








38 komentar:

  1. kartu empati??? krikkrik...

    hari tertawa internasional? apakah karena tanggal muda?

    BalasHapus
  2. seperti bunyi jangkrik..
    iya lho, kemarin lihat di berita pada ketawa-ketawa gitu merayakan hari tertawa internasional.

    BalasHapus
  3. baca tulisan kek gini perlu konsentrasi tinggi..

    BalasHapus
  4. confessions of shopaholic versi aliisme....

    :ngakak

    BalasHapus
  5. alhamdulillah, tulisan saya bermanfaat meningkatkan konsentrasi.

    BalasHapus
  6. heh, shopaholicnya bukan aku lho ya. sebenarnya cuman mau curhat kemacetan akibat mall yang baru itu sih.
    btw, aku jd dapet ide utk ngedit bagian akhirnya, khusus buat anas.
    :tertawa jahat

    BalasHapus
  7. terharu sendu mendayu pilu semerdu akarmembiru huhuhu

    BalasHapus
  8. mall baru mana?
    humfh jadi inget kebiasaanku ke alf*mart mulu... belum ilang nih... boros

    BalasHapus
  9. huh, namaku disalahgunakan dalam kemendayuan

    BalasHapus
  10. gandaria city, mall (agak) baru yang di jalan arteri pondok indah itu lho. bikin jalur pulang ke bintaro jadi macet.

    BalasHapus
  11. tentang alfamart, ada nasihat dari dosen agama waktu tingkat I dulu. beliau berpesan utk lebih memilih belanja di warung drpd di alfamart. ini sebagai bentuk keberpihakan kita kepada pengusaha bermodal kecil. yaaah...walaupun aku jg belum bisa seperti yang beliau nasihatkan itu sih.

    BalasHapus
  12. la wong pas rimane...
    meh ae terbersit kata-kata semacam unyu dan kluyuk lo... tapi kan jadi gak mendayu tuh he

    BalasHapus
  13. yang dilewatin M71 yaks?
    lah bukannya dari dulu tuh...
    eh, tapi sekarang jarang lewat jalur tuh...
    masih setia via P44 ke ciledug kalau ke kampus....

    BalasHapus
  14. sama....
    la wong kelontong di sekitarku kemproh nian sih... meragukan kalau beli di sana...
    *jadi alasan darurat gak yaks

    BalasHapus
  15. hadeeuuhhh...
    dilarang menggunakan kata unyu untuk komen di sini

    BalasHapus
  16. dilewatin kali ya, tau deh...
    yups, dari dulu macet. dan sekarang tambah parah lagi macetnya. :(

    BalasHapus
  17. waaah...peluang bisnis itu nas.
    buka warung kelontong. hahaha

    BalasHapus
  18. eh, termasuk yang sensi to sampeyan....

    sebutin terus aaaaaaaaah

    unyu unyu unyu unyu unyu unyu unyu unyu unyu haahahahahahaha

    BalasHapus
  19. makanya dong lestarikan transportasi publik....

    BalasHapus
  20. tapi aku pengen pindah lagi nih....

    kan kujelajahi jakarta hahahahaha

    BalasHapus
  21. bukan pertanyaan bodoh, tapi pertanyaan sensitif :)

    BalasHapus
  22. hihihhihihi
    :D
    baru mau posting serupa gegara abis belanja di pasar tradisional..

    BalasHapus
  23. huh, dasar...
    itu namanya ga sakinah. :P

    BalasHapus
  24. sensitif banget emang itu pertanyaan mas...

    BalasHapus
  25. mengidamkan transportasi publik yang dingin, lapang, cepat, dan murah....

    BalasHapus
  26. gak ada juga yang namanya sakinah di sini
    :melet

    BalasHapus
  27. sakinah: menetap, berlabuh
    mawaddah: a passionate love
    rahmah: a companiate love

    BalasHapus
  28. wow... nice word... dapat dari mana?

    BalasHapus
  29. satu hal, bisa nyambung dan ngubek2 byk hal ya.. Cm pikiran jd lompat2 ni...he..he..
    Kalau dulunya dr orang yg kekurangan,skarang lumayan berlebih,mungkin bisa bersikap ekonomis dgn mengingat gimana susahnya wkt dulu.

    BalasHapus
  30. Bang, kesalahan fatal tentang pembayaran gaji. Gaji itu dibayar diawal, sebelum kerja. Tunjangan dibayar di akhir setelah sebulan bekerja. Jadi gaji bulan mei ini untuk kerja sebulan kedepan di bulan mei. Sementara tunjangan yang dibayar bulan mei ini untuk kerja selama april kemarin. gitu...

    BalasHapus
  31. setelah saya baca lagi, ternyata iya.
    thanks koreksinya

    BalasHapus