Senin, 08 November 2010

mentaati orang tua: episode pernikahan

salah satu dari amal utama, itulah mentaati orang tua. selama tidak bertentangan dengan taat kepada allah dan rasul tentunya. ya, karena taat kepada allah dan rasul kan yang paling utama. sehingga tidak ada ketaatan pada makhluk, termasuk orang tua, bila ketaatan terhadap makhluk itu menyebabkan kita menjadi tidak taat terhadap khaliq.

mungkin kemudian ada pembaca yang kritis dan kemudian mengaitkan paragraf pertama postingan ini dengan kasus mbah maridjan yang tidak mau turun dari merapi dengan alasan taat pada sri sultan hamengku buwono ix (baca: taat pada pemimpin). hmmm... saya rasa tidak lari dari gunung meletus adalah tindakan bunuh diri. dan karena sudah telanjur menulis paragraf pertama itu, saya musti konsisten dan menyatakan seharusnya mbah maridjan turun gunung dan mengabaikan ketaatan pada sultan dan lebih mengutamakan ketaatan pada allah yang melarang tindakan bunuh diri.

baiklah, mari kita kembali pada ketaatan pada orang tua. ketaatan yang ini musti kita lakukan dalam segala hal. kita termasuk saya, dan segala hal termasuk pernikahan. hush...jangan histeris dulu. bukan pernikahan saya kok. tapi pernikahan teman saya. salah satu teman baik saya. sekitar bulan juni atau juli kemarin.

jadi ceritanya teman baik ini sama-sama orang kudus kayak saya. kebetulan dapat orang ponorogo. lumayan jauh juga. sekitar 8 jam bermobil dari kudus. waktu itu saya menyusup ke dalam rombongan pengantin dan keluarganya ke sana. dan bisa ditebak kami perlu nginep di sana. saya suka perjalanan tapi saya tidak terlalu suka menginap. salah satunya karena otomatis hal itu mengharuskan saya untuk mandi di perjalanan atau mungkin di tempat nginepnya itu. dan jadinya haruslah saya membawa handuk.

membawa handuk itu sesuatu yang merepotkan. karena secara default, handuk orang dewasa akan memakan banyak tempat di tas. tapi kalo tidak dibawa, gimana mandinya nanti. inilah yang membuat saya agak malas melakukan perjalanan yang agak cukup panjang, termasuk ketika akan membersamai perjalanan teman saya menjemput bidadarinya itu.

orang tua saya kemudian menyadari kegundahan saya itu. beliau pun kemudian mengajukan sebuah usul yang amat cerdas, "bawa handuknya zaki aja. yang warna coklat muda itu."  zaki itu keponakan saya yang akan berulang tahun yang kedua sabtu besok. dan terang saja, handuknya pun tidak terlalu makan tempat di dalam tas. hohoho...kenapa ide cerdas ini tidak terpikir oleh saya.

jadilah, dalam episode pernikahan teman saya itupun saya mentaati orang tua. ketaatan yang berbuah manis. handuknya benar-benar tidak makan tempat di tas. bahkan masih ada bonusnya. handuknya pake gambar-gambar gajah yang lucu. wkwkwk....









33 komentar:

  1. semoga pertamax....
    well.... apa kudus cinta ponorogo???? *counterattack he*
    bukannya kudus cinta b********????
    peace!
    hmm tentang handuk, saya mah emang dari sejak ngekos tebengan ni juga bawanya handuk ukuran medium gitu.
    nurut orang tua?
    hayo nurut yang lebih mendingannya mana nih... :)

    BalasHapus
  2. regane piro to handuk sing cilik ngono iku?

    BalasHapus
  3. terima kasih telah setuju.
    btw, setuju bagian yg mana nih?

    BalasHapus
  4. temanya serius... contohnya geje....-,-"

    BalasHapus
  5. sama2 sih ceritanya... ibuku yang nyuruh bawa.. jadi cuman tahu bawa aja... harga? don't know

    BalasHapus
  6. contohnya jelas kok te. handuk. masih ada tuh barangnya. (di rumah tapi)

    BalasHapus
  7. wah, mentaati orang tua juga nih ceritanya..

    BalasHapus
  8. haruskah kuulangi bahwa diriku meneladanimu...

    BalasHapus
  9. oh iya ding. sori, daku lupa.
    diriku kan kabid teladan.

    BalasHapus
  10. Lucu banget..haghag..

    Tulisannya itu lho 'jedanggg..'
    Alias gubrak bgt yg ga disangka..
    Kerenn :D

    BalasHapus
  11. padahal ini temanya serius bgt lho ser. seperti kata ute.
    tp boleh ditiru deh, kalo pas lagi pergi2 pinjam aja handuknya habib. :D

    BalasHapus
  12. kenapa judulnya nggak gini aja..

    "mentaati orang tua : episode handuk"

    haghaghag...

    BalasHapus
  13. eh iya....
    "mentaati"?
    bener tuh? pak, pake EYD dung, masak pake Ejaan Skripsi yang Di4L@y-kan...

    BalasHapus
  14. komen apa y?

    pengen cerita ttg mbah Maridjanny dkupas lebih dalem dong (req)

    BalasHapus
  15. sangat menjebak judulnya
    akarmembiru bangeeeet
    qeqeqe

    BalasHapus
  16. Hehe. . Taat pd org tua= dapt handuk imut gambr gajah?xixixi. . Just kidding, yg pasti mena'ati org tua akn membawa nikmat

    BalasHapus
  17. Kirain episode pengumuman :)
    *pas msh di tengah2 tadi dah mikir kenapa ga bawa handuk kecil aja?!

    BalasHapus
  18. mas ali menganggap mbah maridjan bunuh diri?

    *membaca tarbawi edisi terbaru -- cerita anak mbah maridjan soal beliau dan ceritanya istri yang udah pernah ketemu; mengubah pikiran saya tentang mbah maridjan

    BalasHapus
  19. yee...dibuat gini kan sengaja biar dikira apa gitu cha.

    BalasHapus
  20. kali ini aku mengaku salah nas.
    yang bener emang "menaati" bukan "mentaati."

    BalasHapus
  21. hwaduh mpit, ilmu saya belum mumpuni untuk itu. langsung ke sumber yang saya rujuk aja kali ya.
    http://www.ustsarwat.com/web/berita-90-sultan-maridjan.html

    BalasHapus
  22. makasih-makasih...
    *saya anggap ini sebuah pujian haghag...

    BalasHapus
  23. pengumumannya bentar lagi deh tu. masih nyari format postingan yang paling tepat nih. hahaha...
    yang isinya pengumuman tapi judulnya tidak mencerminkan pengumuman gitu.

    BalasHapus
  24. wew, gimana ceritanya mat? sharing dong.
    soalnya kalo kita pake mata telanjang mengamatinya itu seperti tindakan bunuh diri.

    BalasHapus
  25. Taat pada orang tua. "Jangan cari yg jauh2"

    BalasHapus
  26. Ku kira...
    Ternyata..
    Kecewa deh..
    *nunggu episode yg dijanjikan

    BalasHapus