alhamdulillah, sudah hari senin lagi. hari senin dan tanggal muda. senangnya. hari ini memang tanggal muda, tanggal 2 mei tepatnya. hari pendidikan nasional. diambil dari tanggal kelahiran tokoh pendidikan indonesia, ki hajar dewantara, yang dilahirkan 2 mei 112 tahun silam. seolah tak mau kalah dengan tanggal 2 mei, tanggal 1 mei kemarin juga dirayakan dengan memperingati sesuatu. bahkan dua peringatan sekaligus. hari buruh internasional dan hari tertawa internasional.
sisi menyenangkan tanggal muda seperti ini, tentu saja gajian. setelah sebulan bekerja, di tanggal muda seperti inilah gaji dibayarkan. setelah bekerja berlelah-lelah, pergi pagi pulang sore, peras keringat banting tulang. berlebihan sih, terutama di bagian peras keringat banting tulangnya. ya iyalah, yang ada justru berdingin-dingin di ruang kerja. jangan lupa, niatkan bekerja sebagai ibadah, agar ada nilai lebih dari kepayahan kita bekerja. masih pada ingat tulisan tentang menjemput rizki yang ini kan?
omong-omong tentang kepayahan dalam bekerja, tercatat dalam satu pekan kemarin, sudah dua kali saya kehujanan ketika pulang kantor. bukan hujan deras sih, tapi cukup mengganggu juga mengingat sepatu kerja saya ikut kehujanan juga. jadi agak kurang nyaman dipakainya. memakai sandal mungkin menjadi salah satu alternatif solusi. tapi rasa-rasanya, memakai sepatu boot akan menjadi alternatif yang lebih solutif.
yups, itu tren belakangan ini. sudah cukup banyak yang mempraktekkannya. lebih nyaman dan aman. beda dengan sandal yang agak minus di sisi keamanannya. harganya? kurang tau juga. saya belum beli. tapi yang pasti tidak akan semahal sepatu-sepatu boot mewah yang beberapa waktu kemarin sempat muncul di berita. weleh-weleh, sampe 90 jutaan hanya untuk sepasang sepatu boot.
angka yang fantastis untuk ukuran saya. tapi mungkin biasa saja untuk ukuran orang-orang itu. karena memang standar tiap orang beda. sama dengan harga tiket konser justin bieber yang fantastis untuk ukuran saya, tapi mungkin biasa saja untuk ukuran orang-orang yang membelinya. atau mungkin nilai pembangunan gedung dpr yang fantastis untuk ukuran saya, tapi mungkin biasa saja untuk ukuran orang-orang yang duduk sebagai anggotanya.
di sini titik tujunya. adanya perbedaan tentang apa yang dianggap biasa antara saya dengan orang-orang itu. celakanya, saya terlalu sering memandang orang-orang dengan standar lebih tinggi. sehingga saya terbiasa menyalahkan mereka. menyalahkan pandangan hidup mereka yang menemukan eksistensi dengan belanja. menyalahkan kebiasaan belanja bermewah-mewah mereka yang berakibat bertambahnya mall-mall di jakarta. menyalahkan kebiasaan belanja mereka yang berakibat dibangunnya gandaria city yang memacetkan jalan pulang saya dari kantor. mempertanyakan letak empati mereka pada manusia-manusia lain yang serba kekurangan, yang diwakili orang-orang yang biasa muncul di "andai aku menjadi." bahkan sampai saya mempersalahkan pilihan kartu ponsel mereka yang bukannya memakai empati tapi malah lebih memilih indosat atau xl yang berakibat kurangnya empati mereka pada orang-orang lain.
saya rasa di titik ini saya perlu berhenti sejenak, merenung dan mulai menyadarkan diri tentang adanya orang-orang dengan standar yang lebih rendah dari saya. kemudian dari situ mulai melakukan tuntutan-tuntutan yang biasa saya tuntutkan kepada orang-orang yang punya standar lebih tinggi dari saya. berempati. berempati lebih ekonomis daripada menyumbang. walaupun menyumbang lebih baik. maksud saya begini, bila kita mampu beli makan malam seharga seratus ribu, belilah yang seharga sepuluh ribu. sisa sembilan puluh ribunya disumbangkan ke orang-orang tidak mampu. itu bagus, tapi untuk tahap awal, cukuplah nasihatnya seperti ini. bila mampu beli makan malam seharga seratus ribu, belilah yang seharga sepuluh ribu. sebagai bentuk empati untuk orang-orang yang tidak mampu membeli makan malam seharga seratus ribu itu.
dan saya rasa, tidak hanya dalam urusan belanja ini saja kita perlu berempati. dalam banyak hal lain pun perlu kita berempati. misalnya berempati terhadap teman yang belum nikah dengan cara tidak mengajukan pertanyaan bodoh di depannya. (to anas: piss ^___^ \ /)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
kartu empati??? krikkrik...
BalasHapushari tertawa internasional? apakah karena tanggal muda?
seperti bunyi jangkrik..
BalasHapusiya lho, kemarin lihat di berita pada ketawa-ketawa gitu merayakan hari tertawa internasional.
baca tulisan kek gini perlu konsentrasi tinggi..
BalasHapusconfessions of shopaholic versi aliisme....
BalasHapus:ngakak
alhamdulillah, tulisan saya bermanfaat meningkatkan konsentrasi.
BalasHapusheh, shopaholicnya bukan aku lho ya. sebenarnya cuman mau curhat kemacetan akibat mall yang baru itu sih.
BalasHapusbtw, aku jd dapet ide utk ngedit bagian akhirnya, khusus buat anas.
:tertawa jahat
terharu sendu mendayu pilu semerdu akarmembiru huhuhu
BalasHapusmall baru mana?
BalasHapushumfh jadi inget kebiasaanku ke alf*mart mulu... belum ilang nih... boros
huh, namaku disalahgunakan dalam kemendayuan
BalasHapusgandaria city, mall (agak) baru yang di jalan arteri pondok indah itu lho. bikin jalur pulang ke bintaro jadi macet.
BalasHapustentang alfamart, ada nasihat dari dosen agama waktu tingkat I dulu. beliau berpesan utk lebih memilih belanja di warung drpd di alfamart. ini sebagai bentuk keberpihakan kita kepada pengusaha bermodal kecil. yaaah...walaupun aku jg belum bisa seperti yang beliau nasihatkan itu sih.
BalasHapusla wong pas rimane...
BalasHapusmeh ae terbersit kata-kata semacam unyu dan kluyuk lo... tapi kan jadi gak mendayu tuh he
yang dilewatin M71 yaks?
BalasHapuslah bukannya dari dulu tuh...
eh, tapi sekarang jarang lewat jalur tuh...
masih setia via P44 ke ciledug kalau ke kampus....
sama....
BalasHapusla wong kelontong di sekitarku kemproh nian sih... meragukan kalau beli di sana...
*jadi alasan darurat gak yaks
hadeeuuhhh...
BalasHapusdilarang menggunakan kata unyu untuk komen di sini
dilewatin kali ya, tau deh...
BalasHapusyups, dari dulu macet. dan sekarang tambah parah lagi macetnya. :(
waaah...peluang bisnis itu nas.
BalasHapusbuka warung kelontong. hahaha
eh, termasuk yang sensi to sampeyan....
BalasHapussebutin terus aaaaaaaaah
unyu unyu unyu unyu unyu unyu unyu unyu unyu haahahahahahaha
makanya dong lestarikan transportasi publik....
BalasHapustapi aku pengen pindah lagi nih....
BalasHapuskan kujelajahi jakarta hahahahaha
bukan pertanyaan bodoh, tapi pertanyaan sensitif :)
BalasHapushihihhihihi
BalasHapus:D
baru mau posting serupa gegara abis belanja di pasar tradisional..
grrrmfhhhhlllll....
BalasHapuspanas, sumpek, lama, mahal
BalasHapushuh, dasar...
BalasHapusitu namanya ga sakinah. :P
sensitif banget emang itu pertanyaan mas...
BalasHapus:horee....
BalasHapusanty keduluan ama gw
mengidamkan transportasi publik yang dingin, lapang, cepat, dan murah....
BalasHapusgak ada juga yang namanya sakinah di sini
BalasHapus:melet
:toss
BalasHapussakinah: menetap, berlabuh
BalasHapusmawaddah: a passionate love
rahmah: a companiate love
tos balik
BalasHapuswow... nice word... dapat dari mana?
BalasHapusada deh
BalasHapus:D
satu hal, bisa nyambung dan ngubek2 byk hal ya.. Cm pikiran jd lompat2 ni...he..he..
BalasHapusKalau dulunya dr orang yg kekurangan,skarang lumayan berlebih,mungkin bisa bersikap ekonomis dgn mengingat gimana susahnya wkt dulu.
Bang, kesalahan fatal tentang pembayaran gaji. Gaji itu dibayar diawal, sebelum kerja. Tunjangan dibayar di akhir setelah sebulan bekerja. Jadi gaji bulan mei ini untuk kerja sebulan kedepan di bulan mei. Sementara tunjangan yang dibayar bulan mei ini untuk kerja selama april kemarin. gitu...
BalasHapusitulah bakat saya
BalasHapus:D
setelah saya baca lagi, ternyata iya.
BalasHapusthanks koreksinya