Selasa, 19 April 2011

GPA: something to feed the ego of smart students, and to break the spirit of mediocre ones...

ngono yo ngono ning ojo semono

sebagai perwujudan dari slogan freezing the moment yang diusung di blog ini, marilah sejenak kita tangkap momen-momen di sekitaran kita hari-hari ini. agar ketika suatu hari nanti tulisan ini dibaca orang, entah di tahun mendatang, dekade mendatang atau bahkan mungkin abad atau milenium mendatang, orang yang membaca itu akan mampu mengenang peristiwa hari-hari ini, bernostalgia dengannya dan mengambil pelajaran darinya.

sekarang, 19 april 2011. dan akhir pekan kemarin, ac milan telah mengalahkan sampdoria 3-0 di liga italia. di waktu yang bersamaan, intermilan justru kalah 0-2 dari parma. bagi seorang milanisti seperti saya, kemenangan ac milan itu adalah sebuah berita gembira. kekalahan intermilan juga merupakan sebuah berita gembira. jadi, ada dua berita dari liga italia pekan ini.

beralih ke berita sedih. ada ledakan bom bunuh diri di masjid mapolresta cirebon saat shalat jumat kemarin. satu orang meninggal, sang pelaku bom bunuh diri. belum jelas, apa motivasi sang pelaku melakukan bom bunuh diri di masjid tersebut.

berita sedih lainnya datang dari laut. sampai saat ini awak kapal sinar kudus yang disandera perompak somalia masih belum dibebaskan. padahal sudah lebih dari satu bulan mereka disandera. tepatnya sejak 16 maret. para perompak minta tebusan 9 juta dolar atau setara dengan sekitar 81 miliar. pihak pemilik kapal dan pemilik muatan enggan membayar tebusan itu. padahal kabarnya, kapal itu bermuatan nikel yang nilainya 1,4 triliun. kalo tebusan itu ga dibayar, bukannya pemilik muatan bakalan kehilangan muatannya yang 1,4 triliun itu ya? ga taulah, mungkin mereka memang lebih memilih menyelamatkan 81 miliar untuk kehilangan 1,4 triliun. sama seperti sebagian orang yang lebih memilih menyelamatkan dunia untuk kehilangan akherat.

dari dpr, polemik pembangunan gedung baru senilai 1,1 triliun rupiah ga tau deh udah nyampe mana. jadi dilanjutkan ato ga. dari 1,1 triliun itu, nilai masing-masing ruang kerja anggota dewan sebesar 800 juta rupiah. itu besar sekali. sebagai perbandingan, seorang pns pajak, yang notabene paling kaya di antara pns-pns lainnya, akan mengajukan kredit berdurasi sepuluh atau lima belas tahun untuk sebuah rumah yang bernilai "hanya" 300 juta. sedangkan nilai satu ruangan anggota dpr itu hampir tiga kali lipatnya.

tapi karena dpr-nya ngotot, ya sudahlah. silakan saja kalo mau dilanjut, tapi mbok ya jangan sebesar itu. ibaratnya, kalo dulu saya bilang, "ojo ngono," kalo sekarang cukuplah, "ngono yo ngono ning ojo semono."

banyak berita? itu belum semua, masih ada ulat bulu, norman kamaru ama malinda dee. malinda dee udah agak lama sih. walaupun belum lama-lama banget. penilep dana nasabah citibank dengan menyalahgunakan wewenangnya sebagai seorang pejabat di citibank. banyak lho, 17 miliar. kalo untuk yang ini, ga ada toleransi. ojo ngono.

berita berlanjut dengan briptu norman kamaru. anggota brimob gorontalo yang populer karena mengunggah video lipsync lagu chaiya-chaiya di youtube. sang briptu muncul setelah heboh malinda dee. saya sempat curiga jangan-jangan norman kamaru adalah orang suruhan malinda  dee untuk mengalihkan perhatian publik dari heboh pemberitaan kasus dia. sampai sekarang norman kamaru masih eksis di tivi. pekan lalu, norman jadi bintang tamu di "bukan empat mata," terus pekan ini pun norman masih sering muncul di tivi. wajahnya emang lucu sih.  goyang indianya juga lucu. wajar kalo banyak yang suka.

karena dia polisi dan dia lucu, ada perubahan citra polisi di masyarakat. polisi yang sebelumnya selalu identik dengan galak, seram dan mahal senyum, sekarang berubah menjadi ramah, lucu dan murah senyum ala norman kamaru. tak heran kalo aktivitas keartisan norman kamaru mendapat dukungan dari kapolri. boleh dibilang, polri mendapat keuntungan pencitraan yang luar biasa dari norman kamaru ini. di saat institusi lain seperti direktorat jenderal pajak sibuk membuat sop-sop berat untuk pencitraan, kepolisian mendapat pencitraan gratis melalui norman.









Minggu, 10 April 2011

karapran sapri

sebuah tebakan lama dari seorang teman lama akan mengawali tulisan ini.
teman: "pertanyaan pertama, ada berapa jumlah kaki sapi?"
saya: "ada empat."
t: "tepat sekali."
s: "hore...."
t: "sekarang pertanyaan kedua, ada berapa jumlah kaki sapri?"
s: "ada dua."
t: "salah, kaki sapri ada emprat."
s: "ooo....."

***
tercatat, hampir tiga bulan saya beraktivitas sebagai pegawai magang di kantor pajak setiabudi satu, jakarta. dari tanggal sepuluh januari sampai delapan april kemarin, tepat dengan hari ulang tahun istri saya. dapat dilihat di kalender dan terbukti bahwa dalam interval itu terdapat tanggal 31 maret. bagi perpajakan indonesia dan orang-orang yang berhubungan dengannya, tanggal ini mempunyai arti yang sangat penting.

yups, 31 maret itulah hari terakhir penyampaian spt tahunan bagi wajib pajak orang pribadi. untuk wajib pajak berbentuk badan, batas akhirnya memang bukan 31 maret sih. tapi tetap saja, 31 maret itulah hari di mana aura perpajakan begitu kental terasa.

tidak salah saya kira, karena memang dulunya batas akhir untuk penyampaian spt tahunan badan juga sama-sama 31 maret kok. baru sekitar dua atau tiga tahun belakangan ini aja diubah jadi 30 april. dan walaupun spt badan sekarang bukan 31 maret lagi batas akhirnya, tetap saja jumlah spt orang pribadi memang sangat besar. sangat besar dari segi jumlah spt-nya lho ya. bukan dari segi penerimaan negara yang masuk dari spt-spt itu.

padahal sebenarnya sih, lapor spt ke kantor pajak itu ga harus pada batas terakhir tanggal 31 maret itu lho. boleh saja sejak januari. tapi ya begitulah, orang-orang kita itu emang suka yang mepet-mepet gitu. kalo udah hari terakhir aja, antriannya sampe berjubel. hal ini lebih klop lagi karena didukung kebijakan dari djp sendiri yang membuka penerimaan spt sampe jam 7 malem. kalo di kpp tempat saya magang itu, spt terakhir kemarin diterima jam 20.04 dan wajib pajak yang terakhir lapor itu diajak foto-foto.

***
kebiasaan adalah sesuatu yang dapat diawali dan ia diawali dari sebuah ketidakbiasaan. sebuah ketidakbiasaan yang dilakukan terus menerus sehingga lama kelamaan sang pelaku akan merasa biasa. ketika sang pelaku sudah merasa biasa, saat itulah ketidakbiasaan sudah menjadi sebuah kebiasaan. sama saja polanya, entah itu kebiasaan baik atau itu kebiasaan buruk.

kebiasaan lapor mepet deadline yang dilakukan wajib pajak ini adalah salah satu jenis kebiasaan buruk. sayangnya, kebiasaan buruk ini seakan difasilitasi dengan dibukanya pelayanan sampai malam hari. dalam kasus kantor kami sih, hal ini ada sisi positifnya. kan kita jadi bisa foto-foto ama wajib pajak yang lapor terakhir itu. cakep lho orangnya. hihihi....
:p

***
baiklah, terus terang waktu magang tiga bulan belum memungkinkan bagi saya untuk mengenal semua petugas keamanan di kantor. saya sempat terkejut ketika melihat ada salah seorang petugas keamanan di kantor yang bernama "sapri." saya amati benar-benar jumlah kakinya, dan saya berani menjamin bahwa jawaban dari tebakan teman saya di awal tulisan ini adalah salah. jawaban sayalah yang benar.